Tafsir Ali Imran Ayat 65 Perdebatan Yahudi dan Nasrani Tentang Nabi Ibrahim
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi
Tafsir Ali Imran Ayat 65 – Perdebatan Yahudi dan Nasrani Tentang Nabi Ibrahim adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 15 Rabi’ul Akhir 1444 H / 10 November 2022 M.
Tafsir Ali Imran Ayat 65 – Perdebatan Yahudi dan Nasrani Tentang Nabi Ibrahim
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Wahai Ahli Kitab, kenapa kalian saling berdebat tentang Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidaklah diturunkan melainkan setelahnya. Tidakkah kalian memahami?” (QS. Ali ‘Imran[3]: 65)
Pada ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyeru kepada Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani). Hanya mereka yang disifati Ahlul Kitab karena kitab-kitab mereka masih ada sebagai petunjuk sampai diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Kenapa kalian berselisih tentang Ibrahim”, maksud dari mempertentangkan/memperdebatkan tentang Ibrahim adalah tentang perkara Nabi Ibrahim, keadaannya dan agamanya.
Maksud berdebat tentang Ibrahim bukan dzat Nabi Ibrahim. Karena sudah kita tahu semua dan ini merupakan hal yang disepakati bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia biasa dan Allah angkat sebagai Nabi. Hal ini tidak dipertentangkan. Akan tetapi pertentangan antara Yahudi dan Nasrani adalah tentang agama Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Ulama berbeda pendapat tentang bagaimana pertentangan ini. Ada dua pendapat, yaitu:
Pertama, Yahudi dan Nasrani masing-masing mengklaim bahwa mereka berada diatas agamanya Ibrahim. Orang-orang Yahudi berkata: “Kita berada diatas agamanya Ibrahim.” Dan orang-orang Nasrani berkata: “Kita berada diatas agamanya Ibrahim.”
Kedua, orang-orang Yahudi berkata: “Sesungguhnya Ibrahim itu adalah orang Yahudi, dan Ibrahim beragama Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Sesungguhnya Ibrahim itu adalah orang Nasrani, dan dia beragama Nasrani.”
Faedah dari ayat yang mulia ini adalah:
1. Celaan kepada Ahlul Kitab
Menit ke-10:05 Ayat yang mulia ini memberikan celaan kepada Ahlul Kitab. Karena mereka memperdebatkan Ibrahim ‘Alaihish Shalatu was Salam. Padahal Kitab Taurat dan Injil turun setelah Nabi Ibrahim. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam, kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Tentu ini jauh dari akal.
2. Kedudukan Nabi Ibrahim
Ayat yang mulia ini menunjukkan tentang ketinggian derajat/kedudukan Nabi Ibrahim di seluruh kelompok. Baik itu dari kalangan Yahudi, Nasrani, dan Muslimin.
3. Berhujjah dengan Akal
Penjelasan berhujjah dengan akal, dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Bagaimana kalian memperdebatkan Nabi Ibrahim padahal Taurat dan Injil tidaklah turun melainkan setelah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.” Ini menyelisihi akal yang benar.
4. Jangan Menyepelekan Akal
Tidak selayaknya meninggalkan/menyepelekan akal dalam berdalil sebagaimana tidak sepatutnya hanya bersandar dengan akal dan meninggalkan nash dalam berdalil.
Dalam masalah menggunakan dalil dalam berargumen, manusia ini ada tiga kelompok. Dua kelompok adalah yang menimpang karena melampaui batas, dan satu kelompok yang pertengahan.
Satu kelompok ada yang berlebih-lebihan dalam masalah akal, sampai mendahulukan akal daripada nash (Al-Qur’an dan hadits). Dalam masalah aqidah, seluruh ahli bid’ah hanya bersandar pada akal dan meninggalkan nash. Padahal akal yang mereka bersandar padanya, itu hanya syubhat-syubhat semata, bukan dalil, bukan keterangan-keterangan yang jelas seperti dalil. Mereka hanya melihat akal bahwa akal ini menuntut begini kemudian ditetapkan, akal ini menafikan kemudian dinafikan. Mereka tidak kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah. Di antaranya adalah Asya’irah, Mu’tazilah, dan selain mereka.
Setiap yang menolak sifat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk diriNya hanya dengan dasar syubhat akal, maka ia masuk ke dalam orang yang melampaui batas dalam beristidlal dengan akal.
Kelompok yang kedua, ada orang yang mengingkari beristidlal dengan akal secara menyeluruh (menolak 100%). Dia tidak mau menggunakan akal. Ia berkata: “Tertutup bagi akal dalam penetapan hukum apapun dan kabar apapun.” Sehingga mereka mengingkari yang namanya qiyas. Ini seperti kelompok ahlu dzahiri yang mengingkari qiyas. Mereka berkata: “Tidak mungkin kita kembali kepada akal.”
Di antara manusia ada yang sifatnya pertengahan. Mereka kembali kepada akal dalam perkara yang tidak menyelisihi syariat. Karena akal itu apabila tidak menyelisihi syariat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengarahkannya dalam banyak permasalahan. Contohnya di surah Al-Baqarah:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Apakah kalian memerintahkan manusia berbuat kebaikan, dan kalian melupakan kalian sendiri, padahal kalian membaca kitab. Tidakkah kalian berakal?” (QS. Al-Baqarah[2]: 44)
Juga seperti ayat yang kita bahas sekarang ini, Allah berfirman: “Padahal Taurat dan Injil tidaklah diturunkan kecuali setelahnya, tidakkah engkau memahami?”
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian Tafsir Ali Imran Ayat 65 – Perdebatan Yahudi dan Nasrani Tentang Nabi Ibrahim
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52390-tafsir-ali-imran-ayat-65-perdebatan-yahudi-dan-nasrani-tentang-nabi-ibrahim/